Semua Bisa Bicara

Jumat, 08 April 2011

"windy, kenapa make anting-anting cuma sebelah?"
"karena yang satu lagi ilang".
"kenapa masih dipake kalau yang satunya ilang?"
"kan jadi kayak preman"
"karena tidak semua yang tidak sempurna lantas jadi tak berguna".
"???"

Kamis, 07 April 2011

"windy, kenapa belum pake jilbab?"
"iya ni,bang. soalnya masih suka pake rok mini".
"astaghfirullah,windy!"
"itu kan haram!"
"eh,bang. itu yang disebelah siapa?"
 "pacar yaaaaa?"
"ehehe, iya ni,win. kenalin."
"pacar abang."
"wih,selamat ya,bang".
"tapi, abang tau ga?" 
"pacaran kan juga haram?"
"..."


kualitas

satu hal yang generasi kita tak akan dapat lampaui adalah,
kualitas.

generasi tua tidak mengenal internet.
generasi yang lebih tua bahkan tidak mengenal telepon.
Jadi, ketika ingin bicara, mereka harus menempuh jarak dan bertemu.
ketika mereka tak mampu, mereka menulis di kertas dalam amplop dan menitipkan harapan pada tukang pos.
generasi tua dapat lebih mudah mengenali kesungguhan seseorang untuk sekedar bertukar kata.
Generasi kita, dilayani oleh berbagai alat elektronik.
berbicara saat ini, sama mudahnya dengan menekan tombol.
hingga sulit bagi kita untuk membedakan mana yang sungguh-sungguh dan mana yang iseng-iseng.

Tapi, ketika telpon, SMS, BBM, YM, twitter, facebook, blog, tumblr, dan saluran komunikasi elektronik sejenis tidak menampilkan kata dari dia yang ditunggu,
maka yakinlah, ia memang tak ingin bicara.

Saya rindu akan kualitas tatap muka tanpa gangguan alat elektronik.
ketika kata memang dilantunkan dari bibir, bukan dengan mengetik keyboard.

well, that was just me.

Rabu, 06 April 2011

matahari

Saya benci panas.
saya tidak suka berkeringat, baunya memuakkan.
sedikit banyak, saya benci siang.
sinar marahari selalu berhasil memancing emosi saya.
saya benci terjemur sinar matahari.
Ketika malam datang, saya lega.
sejuknya menenangkan saya.
malam melelapkan tidur saya.
meredakan panas yang saya benci.
Tapi sinar matahari selalu membangunkan saya.
menyilaukan mata saya,
memendarkan panas yang saya benci lagi.
Ini yang menarik.
ketika suatu pagi saya bangun dan menemukan mendung,
saya bingung.
kemana matahari yang menyebalkan itu?

Ternyata, pada hal yang saya benci pun, saya mampu merasa kehilangan.

Lalu apa jadinya ketika matahari membawa hari dimana saya harus kehilangan kamu?

Sabtu, 02 April 2011

lagi-lagi ayah.

ayah bukan Presiden.
tapi buat saya, ayah jauh lebih penting dari Presiden.

ayah bukan Thomas alva edison.
tapi ayah menerangi malam-malam saya.

ayah bukan tentara.
tapi ayah memerangi kejahatan yang mendekati saya.

ayah bukan selimut.
tapi ayah memberi kehangatan.

ayah bukan Tuhan.
tapi ayah memberikan saya kehidupan.

ayah tidak sempurna.
tapi saya sayang ayah.

spesial=kamu.

saya ingat Desember sama seperti saya ingat Februari.
saya ingat Februari sama seperti saya ingat Agustus.
sesungguhnya,
saya ingat semuanya.

saya ingat hujan jam 8 malam,
sama seperti saya ingat mendung di hari minggu.
sesungguhnya,
saya tidak akan lupa.

dengar ini,
sesungguhnya,
tidak ada hal yang lebih spesial dari hal yang lainnya.
karena,
setiap hari dari setiap bulan dengan terik atau hujan yang Tuhan beri,
kamu ada.

komunitas.

hal ini jadi pembahasan kemarin malam.

ada apa dengan komunitas?

seperti semua hal, selalu ada pendapat yang berbeda.
kemarin, dia bilang.
saya kurang suka dengan komunitas.
rasanya seperti, "gue anak komunitas, mau apa lo, bangsat?!".

mungkin, jika saya mengartikan.
ia kurang nyaman dengan orang-orang yang membentuk komunitas tertentu.
mungkin ia berpikir, mereka yang membentuk komunitas, merasa begitu khusus hingga harus memisahkan diri dari heterogenitas masyarakat.
ia merasa risih dengan mereka yang seperti mengkotak-kotakkan diri.
mungkin, ia merasa nyaman dengan kesetaraan dalam masyarakat tanpa harus menyamarkan diri.

saya bukannya tidak setuju, tapi saya juga tidak setuju.
semua orang boeh berpendapat.
semua orang bisa bicara untuk dirinya sendiri.
saya juga boleh berpendapat.

saya bagian dari beberapa komunitas tertentu.
saya bangga dengan komunitas saya.
saya senang jika orang lain tau tentang komunitas saya.
kenapa?
karena dalam komunitas itu saya menemukan kesamaan, kemiripan, hingga saya berpikir, "aku tidak sendirian".
saya mengkoar-koarkan komunitas saya dengan lantang tanpa tau malu.
kenapa?
agar orang lain yang merasa "sama" mendengarnya dan tau, ia juga tidak sendirian.

menurut saya, adanya komunitas bukan untuk mengeksklusifkan diri, tapi untuk saling menemani.

tapi itu saya, tanpa memaksakan pendapat saya.