Semua Bisa Bicara

Rabu, 01 September 2010

malam ini

ia menyalakan rokoknya,
ia menutup pintu kamarnya,
mungkin ia malu,
malu pada masyarakat yang memandang sinis perempuan perokok,
malu pada calon suami yang tak ia beritahu.
ia kembali memainkan jemarinya di keyboard,
menulis yang tak lagi mencerminkan dirinya,
huruf-huruf itu berjalan membungkuk,
berat memikul kepatuhan pada kaidah-kaidah.
ia memegang dahinya,
ternyata berkerut,
matanya yang mulai keabu-abuan menyipit,
lelah memikirkan hidup.
ia hisap rokok itu,
membaringkan badannya dan merasakan dinginnya kasur tanpa pelukan.
menerawang,
kemana perginya hak untuk memilih itu?
ditelan waktu mungkin,
apa yang tak diambil oleh waktu?
semuanya mungkin.
satu-satunya yang diberikan oleh waktu, sembari ia terkikik, adalah angka saat menulis umur.

lagi-lagi,
nafasnya menghisap tembakau itu,
dan air garam menetes dari matanya.
mungkin ia menagisi tesisnya yang tak kunjung selesai,
mungkin ia menangisi kesendirian di umurnya yan tak lagi muda,
mungkin ia menagisi waktu.
ia menangisi dirinya sendiri.

well, that's just me.

2 komentar: