Semua Bisa Bicara

Sabtu, 13 Maret 2010

BELIEVE IT OR NOT!

tanpa basa-basi,

percayakah anda?

SAYA SEANGKOT SAMA ORANG GILA!!!

sugguh hari yang aneh,,

begini ceritanya.

awalnya hanya ajakan biasa dari teman gaul saya (via, anda ga kenal dia? berarti anda tidak gaul) untuk menemaninya membeli peralatan mading di ciwalk (salah satu tempat gaul via dibandung).

jam 4 saya kekostan via,

numpang makan dan nonton idola cilik.

setelah puas menjerit2 karena ngeliat penampilan nova n paton, kami pun berangkat.

naik angkot ke simpang setia budi lalu nyambung angkot kalapa-ledeng.

awalnya hanya angkot biasa dengan orang-orang biasa,

seorang ibu2 gaul dengan hak 5 cm, rambut pirang n HP BB.

2 orang mahasiswa ITB yang sepertinya pacaran karena tatapan lovelove si cowk yang menampar2 saya, mereka memakai jaket tebal ITB n membawa tas rasel yang entah beratnya berapa Ton.

semua berjalan biasa hingga tiba2 si sopir angkot sarap berhenti n ngangkut orang gila. orang gila yang benar2 orang gila.

begini gambarannya, pasangan ITb duduk didepan pintu, si ibu gaul duduk disebelah pintu, saya n via gaul duduk berhadapan disebelah kaca belakang.

begitu si gila masuk n duduk disamping si ibu gaul, si ibu gaul langsung mundur kedekat saya. si cowk ank ITB langsung menarik tangan si cewk ank ITB agar duduk lebih dekat lagi ke dia.

mendadak angkot jadi sunyi senyap mencekam!

kita smua diam seribu bahasa.

saat diam merajai suasana, si ibu gaul makin mundur n mepet ke saya. saya n via liat2an n si ibu gaul ngeliatin kita, saya senyum n bilang "kenapa diangkut,sih?"

trus si ibu gaul bilang, " sampe ujung berung juga ga ada penumpang yang bakal mau masuk".

trus, si ibu gaul menelpon dengan HP BB masa kininya, dengan bahasa sunda n bisik2 dia nanya ama temennya nomor telepon taksi.

n saya membatin "waduh, kalau si ibu turun, aku sebelahan ama tu orang gila! bujug buneng!"

saat teror masih menghantui kami, tiba-tiba si orang gila bergerak agak condong kedepan, menengadah dan melotot  melihat poster film KAIN KAFAN PERAWAN segede gaban yang terpampang dijalanan ciwalk.

kami semua tersentak kemudian merinding saat si orang gila senyum seram.

" oke, ni orang gila memang gila"saya membatin.

tak tahan lagi dengan depresi yang ditimbulkan si orang gila, di depan STBA si ibu gaul minta turun.

saya n via liat2an lagi penuh makna, n kami spontan ikutan turun meninggalkan orang gila n sepasang ank ITB didalam angkot.

waktu turun, saya menatap sepasang ank ITB yang tertinggal, tatapan si cewk seolah berteriak mengatakan "jangan tinggalkan kami!"

setelah bayar angkot, si ibu gaul ngedumel soal betapa baunya orang gila itu dan betapa sintingnya si sopir angkot yang sudi2nya ngangkut orang gila.

sambil bergosip si ibu gaul menerangkan bahwa tujuannya juga ke ciwalk seperti kami, akhirnya kami berjalan menyusuri jalanan ciwalk yang sama macetnya seperti Jakarta.

saya agak takut si ibu jatuh karena jalanan cihampelas yang kayak dataran bulan dilalui dengan sepatu 5 senti.

kami berjalan, berjalan n berjalan, hingga tiba2 ada angkot ngelakson dari belakang n sopirnya teriak "UDA GA ADA LAGI BU, MASUK LAGI AJA."

ternyata itu sopir angkot sarap yang ngangkut orang gila tadi.

n si orang gila beneran uda ga ada.

jadi, kami masuk lagi ke angkot.

didalam angkot saya kaget dengan suasana yang tercipta.

kami ngobrol, membahas si orang gila. si pasangan ITB, si ibu gaul, bahkan si sopir sarap juga ikutan ngorol.

malah si sopir angkot kecolongan curhat soal angkotnya yang pernah kemasukan maling dan penumpangnya kehilangan HP ( pasti BB).

tanpa melupakan soal orang gila tadi, saya tiba2 terenyuh dengan keakraban yang terjadi didalam angkot. saya bukan orang yang terbiasa berbicara dengan orang asing (bukan bule), jadi sedikit aneh bagi saya untuk bicara dengan akrab dengan orang yang tidak dikenal. mungkin rasa senasib dan sepenanggungan lah yang mendorong kami untuk merasa akrab.

namun, hari yang aneh dengan via tidak berhenti sampai disitu.

saat mau nonton my name is khan, antrian bak antre bantuan langsung tunai membuat kami pupus harapan.

dan, saat makan di pizza hut kami juga harus ngantri, seolah belum cukup pada saat kami baru saja mendapat tempat duduk (bener2 baru menempelkan bokong ke kursi) mati lampu.

mati lampu saudar-saudari.

mati lampu yang gelap gulita.

sungguh betapa sialnya kami malam itu.

entah itu semua adalah kutukan dari si orang gila yang merasa dikucilkan.

entah itu memang karena kegaulan via yang dapat mempengaruhi nasib suatu umat.

3 komentar: